Kerusuhan di Stadion Patriot Candrabhaga saat laga panas antara Persija Jakarta dan Persib Bandung kembali mencoreng wajah sepak bola Indonesia. Kasus pengeroyokan terhadap seorang penonton yang diduga sebagai pendukung tim lawan menjadi alarm keras bagi semua pihak. Kekerasan di stadion yang seharusnya menjadi arena hiburan kini menjadi ancaman bagi keselamatan suporter.
Insiden ini memperlihatkan bahwa rivalitas dalam sepak bola nasional masih jauh dari kata dewasa. Kultur permusuhan yang terus dibiarkan tanpa solusi konkret hanya akan melanggengkan siklus kekerasan. Aparat kepolisian memang telah bertindak cepat dengan menangkap dua pelaku pengeroyokan, namun apakah itu cukup untuk menghilangkan akar permasalahan? Persoalan fanatisme berlebihan yang menjurus ke aksi kekerasan harus segera mendapat perhatian serius.
Perlu diakui, sistem pengamanan di stadion masih memiliki banyak celah. Kejadian ini membuktikan bahwa langkah-langkah preventif belum optimal dalam mengantisipasi potensi konflik. Evaluasi terhadap pengamanan pertandingan perlu dilakukan, mulai dari sistem pemantauan tribun hingga pengawasan terhadap individu yang berpotensi memicu kekerasan.
Selain pengamanan yang lebih ketat, edukasi kepada suporter menjadi keharusan. Klub, federasi sepak bola, dan komunitas suporter harus berperan lebih aktif dalam membangun kesadaran bahwa sepak bola adalah ajang sportivitas, bukan arena permusuhan. Gerakan damai antar-suporter yang pernah digaungkan beberapa tahun lalu perlu dihidupkan kembali agar rivalitas tetap sehat dan tidak berujung pada tindak kekerasan.
Tak hanya itu, meningkatnya aksi kejahatan di sekitar stadion juga menjadi persoalan lain yang harus diperhatikan. Kasus pencopetan dan pencurian kendaraan bermotor yang terjadi bersamaan dengan laga tersebut menunjukkan bahwa stadion belum menjadi tempat yang sepenuhnya aman bagi pengunjung. Situasi ini mencerminkan lemahnya sistem pengamanan di luar arena pertandingan. Patroli yang lebih intensif serta pemasangan kamera pengawas dapat menjadi solusi untuk mengurangi angka kejahatan di sekitar stadion.
Sepak bola seharusnya menjadi alat pemersatu bangsa, bukan pemicu kekacauan. Oleh karena itu, penyelesaian permasalahan ini harus dilakukan secara holistik, tidak hanya dengan pendekatan hukum tetapi juga melalui pendidikan dan peningkatan sistem keamanan. Jika tidak, maka insiden serupa akan terus berulang dan merusak citra sepak bola nasional.
Komitmen bersama antara pemerintah, aparat keamanan, klub, dan suporter menjadi kunci utama dalam mengembalikan rasa aman di stadion. Tanpa itu, sepak bola Indonesia akan terus dibayangi oleh ancaman kekerasan yang tak berkesudahan. (Mahar)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI