Pencak silat, seni bela diri tradisional Indonesia, terus dilestarikan oleh berbagai komunitas budaya dan didukung oleh pemerintah sebagai bagian dari upaya menjaga identitas bangsa di era globalisasi.
Di berbagai daerah di Indonesia, upaya pelestarian pencak silat semakin digiatkan oleh perguruan-perguruan silat, komunitas seni, dan instansi pendidikan. Kegiatan pelatihan rutin, festival budaya, hingga program pendidikan berbasis seni tradisional menjadi bagian dari strategi pelestarian warisan leluhur ini.
Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Hilmar Farid, menyampaikan bahwa pencak silat tidak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung nilai-nilai moral, spiritual, dan sosial yang penting untuk karakter generasi muda.
“Di tengah derasnya pengaruh budaya asing, pencak silat menjadi penjaga identitas lokal yang mengajarkan ketangguhan, kedisiplinan, serta rasa hormat kepada sesama. Budaya seperti ini perlu kita pelihara bersama,” ujar Hilmar.
Pemerintah, melalui Rencana Induk Pemajuan Kebudayaan 2025–2045, mendorong agar budaya termasuk pencak silat menjadi bagian dari layanan dasar yang diperhatikan pemerintah daerah. Selain itu, pelibatan masyarakat dan generasi muda melalui pendidikan dan pertunjukan budaya menjadi fokus utama dalam memperkuat eksistensi pencak silat.
Dengan dukungan penuh dari masyarakat, lembaga budaya, dan pemerintah, pencak silat diharapkan dapat terus berkembang sebagai simbol kearifan lokal dan menjadi duta budaya Indonesia di mata dunia. Menjaga pencak silat berarti menjaga jati diri bangsa di tengah arus globalisasi yang kian deras.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI