Stadion Wania Imipi masih menyisakan jejak hujan. Lapangan berlumpur, bola mengambang di genangan, namun semangat di dada para pemain Persido Dogiyai tetap menyala. Di tengah tanah yang becek dan sorak penonton yang bergemuruh, mereka menutup debut manisnya di Liga 4 Papua Tengah dengan tempat terhormat di podium ketiga.
Kamis pagi (17/4/2025), langit Mimika tak lagi menangis, tapi bekas air mata hujan semalam telah mengubah lapangan menjadi tantangan baru. Di antara sisa genangan dan lintasan licin, Persido Dogiyai dan Persipuja Puncak Jaya bertarung bukan hanya demi angka di papan skor, tapi demi martabat, demi pulang dengan kepala tegak.
Suasana di stadion padat dan berdenyut. Suporter dua tim memenuhi bangku, membentuk gelombang suara yang menggema bersama setiap kick off dan tackle. Laga ini bukan laga hiburan semata. Ini laga penentuan. Dan atmosfernya—penuh tensi, penuh gairah.
Sayangnya, Persido Dogiyai membuka laga dengan langkah pincang. Pada menit ke-15, sebuah defensive error dimanfaatkan sempurna oleh Usaman Egmani Abdullah. Mendapat bola dari sapuan lemah bek Persido, sang pemain nomor 12 melepaskan low shot dari jarak sekitar 19 yard—menusuk tanah basah dan menggetarkan jala. Persipuja unggul 1-0.
Tertinggal, tim racikan pelatih Chrislew F. Yarangga tak kehilangan nyali. Mereka menaikkan garis tekanan, menguasai lini tengah, dan mulai memperlihatkan wajah spartan mereka. Hasilnya hadir di menit ke-27, kala Daniel Payawa melepaskan tembakan lambung indah dari luar kotak penalti. Bola melayang di udara yang lembab, melewati kiper dan bersarang di pojok gawang. Skor imbang 1-1.
Babak pertama ditutup dengan nada optimisme. Meski aksi pemain beberapa kali tergelincir karena licinnya lapangan, bahkan ada momen bola berhenti di genangan dan membuat finishing berubah jadi komedi, penonton justru terhibur. Sepak bola memang kadang seperti puisi lucu—ada jeda, ada kejutan.
Memasuki babak kedua, permainan makin hidup. Persipuja mengawali dengan tekanan tinggi dan beberapa peluang emas. Namun kiper dan barisan belakang Persido tampil solid. Ketegangan terus menanjak.
Menit ke-67 menjadi titik balik. Serangan dari sisi kanan menghasilkan umpan tarik—sebuah cut back yang matang diterima Daniel Payawa. Dengan finishing dingin, ia kembali menggetarkan jaring lawan. Gol keduanya membawa Persido unggul 2-1.
Namun, seperti babak drama yang belum rampung, menit ke-72 Persipuja menyamakan skor secara tak terduga. Bola hasil tendangan bebas Persipuja memantul kacau di kotak penalti dan malah bersarang di gawang sendiri lewat own goal Gabriel Yoab Awai Mraro. Skor menjadi 2-2.
Tiga menit berselang, kisah ini menemukan puncaknya. Daniel Payawa, bak tokoh utama dalam roman kemenangan, kembali mencatatkan namanya di papan skor. Gol ketiganya—hattrick sempurna—menjadi penentu. Skor 3-2, dan Persido Dogiyai tak tergoyahkan lagi.
Wasit meniup peluit panjang. ‘Laskar Ukaa Mapega’ menatap langit Wania Imipi dengan lega. Mereka memang tak sampai ke partai puncak, tapi mereka pulang bukan dengan tangan kosong. Fransiskus Goo dan rekan-rekan menuju rumah dengan medali perunggu, dengan kenangan tentang perjuangan yang tergenang lumpur tapi tak pernah tergenang putus asa.