Pergantian pelatih di Timnas Indonesia selalu menjadi perdebatan panas. Setiap kali ada perubhan di kursi kepelatihan, respons yang muncul biasanya beragam. Sebagian besar suporter dan pengamat sepak bola Indonesia cenderung skeptis terhadap pergantian pelatih, apalagi jika sosok yang ditunjuk tidak memiliki rekam jejak yang dianggap luar biasa dan hal ini dilakukan ketika Indonesia sedang mengikuti kualifikasi Piala Dunia 2026. Begitu pula dengan pelatih baru ini, yang sejak awal di umumkan oleh PSSI melalui Instagram @timnasindonesia diwarnai dengan keraguan oleh sebagian besar suporter Indonesia. Menurut saya, hal ini sangat wajar karena sepak bola di Indonesia memiliki sejarah panjang dalam pergantian pelatih yang tidak selalu membawa dampak positif.
Saya adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi yang juga mengikuti perkembangan sepak bola Indonesia. Dari perspektif komunikasi, pergantian pelatih bukan hanya soal strategi lapangan, tetapi juga bagaimana pelatih mampu membangun komunikasi efektif dengan para pemain, staf, hingga suporter. Kekhawatiran masyrakat Indonesia semakin besar karena pergantian ini terjadi saat kita sedang menjalani kualifikasi Piala Dunia 2026, di mana ekspektasi masyarakat sudah sangat tinggi. Kita tidak lagi hanya sekedar berharap tampil baik, tetapi ingin melihat Timnas Indonesia benar-benar bersaing di tingkat dunia. Pergantian pelatih di momen krusial seperti ini tentu menimbulkan kecemasan bahwa sistem baru yang diterapkan bisa menghambat proses adaptasi.
Kritik semakin menjadi-jadi setelah kekalahan dari Australia dalam pertandingan kualifikasi Piala Dunia. Banyak yang menilai bahwa strategi yang diterapkan kurang efektif, pemain tampak kebingungan, dan hasilnya pun tidak memuaskan. Namun, saya rasa kita harus melihat sepak bola sebagai sebuah proses yang membutuhkan waktu. Terbukti, dalam pertandingan selanjutnya melawan Bahrain, performa tim meningkat drastis, dan kemenangan berhasil diraih 1-0. Ini menjadi bukti bahwa adaptasi terhadap system baru memerukan kesabaran dan dukungan.
Dala dunia sepak bola, kesabaran sering kali menjadi barang langka. Suporter, media, dan pengamat kerap menuntut hasil instan, padahal perubahan membutuhkan proses yang tidak bisa terjadi dalam semalam. Menurut saya terlalu dini untuk menghakimi pelatih baru hanya dari satu atau dia pertandingan awal. Jika melihat tim-tim besar di dunia, banyak di antaranya yang membutuhkan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun, sebelum akhirnya menemukan kestabilan dan pola permainan yang ideal.
Kekalahan dari Australia memang menyakitkan, tetapu saya rasa itu adalah bagian dari pembelajaran Sepak bola tidak hanya tentang kemenangan, tetapi juga tentang bagaimana tim berkembang dari satu pertandingan ke pertandindan lainnya. Jika kit ahanya fokus pada kekalahan awal dan mengabaikan progres yang terjadi setelahnya, maka kita bisa kehilangan kesempatan untuk menyaksikan pertumbuhan yang lebih besar di masa depan. Menurut saya, kemenangan melawan Bahrain adalah sinyal positif bahwa tim ini sedang berada di jalur yang benar.
Mengukur kualitas seorang pelatih hanya dari satu pertandingan adalah sebuah kesalah besar. Sepak bola adalah olahraga yang kompleks dan dinamis, di mana banyak factor berperan dalam menentukan hasil akhir. Saya rasa, seorang pelatih perlu diberikan waktu yang cukup untuk mengenali timnya, membangun strategi yang sesuai, dan mengimplementasikan filosofi permainan yang diinginkannya.
Selain itu,dari sudut pandang seorang mahasiswa Ilmu Komunikasi, kepemimpinan seorang pelatih tidak hanya ditentukan dari taktik di lapangan, tetapi juga dari cara ia berkomunikasi dengan para pemain dan membangun atmosfer positif di dalam tim, Pemecatan pelatih sebelumnya pun Sebagian besar disebabkan oleh komunikasi yang kurang efektif , baik dengan pemain maupun dengan federasi.
Jika kita melihat data statistic pertandingan melawan Australia, Timnas Indonesia memang mengalami kesuliatan dalam menguasai bola, dengan penguasaan hanya sekitar 35%. Namun, dalam pertandingan melawan Bahrain, angka ini meningkat menjadi 50%, menunjukkan bahwa ada perbaikan dalam cara skuad garuda bermain. Selain itu, jumlah tembakan ke gawang juga meningkat dari hanya 3 kali dalam pertandingan melawan Australia menjadi 8 kali saat melawan Bahrain. Ini membuktikan bahwa pola permainan yang diterapkan mulai berjalan dengan baik.
Menurut saya, peningkatan ini tidak mungkin terjadi secara instan. Proses adaptasi terhadap gaya bermaun yang baru membutuhkan waktu, terutama jika pelatih memiliki filosofi yang berbeda dari pendahulunya. Oleh karena itu, sebaiknya kita tidak langsung menghakimi performa tim hanya dari satu atau dua pertandingan awal. Banyak peati ebat di dunia yang mengalami kesulitan di awal karier mereka, tetapi akhirnya sukses setelah diberikan waktu yang cukup.
Seorang pelatih bisa diibaratkan seperti seorang arsitek yang membangun rumah. Jika hanya melihat fondasi yang belum sempurna, tentu sulit menilai hasil akhirnya. Namun, ketika dinding berdiri dan bentuk rumah mulai terlihat, barulah kita bisa memahami visi besar yang sedang dibangun.
Sebelum terburu-buru menghakimi pelatih baru, sebaiknya kita melihat perjalanan tim secara lebih luas. Kemenangan melawan Bahrain adalah bukti bahwa ada progres yang sedang berjalan. Sepak bola bukanya soal hasil instan, tapi juga tentang proses yang harus dijalani dengan penuh kesabaran.
Mari kita sama-sama mendukung dan memberikan kepercayaan, bukan tidak mungkin Timnas Indonesia bisa mencapai level yang lebih tinggi di masa depan. Pelatih yang sekarang memang sempat diragukan, tetapi dengan kerja keras dan dukungan yang tepat, ia bisa membuktikan bahwa dirinya layak memimpin tim ini menuju prestasi yang lebih baik. Terbang Tinggi GARUDAKU.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI