Transformasi Sepakbola Indonesia dari 4-3-3 Menjadi 3-4-2-1 (Bagian II, Tamat)

Transformasi Sepakbola Indonesia dari 4-3-3 menjadi 3-4-2-1

STY dengan 3-4-3 berhasil membuat fondasi kuat bagi Indonesia, meski secara statistik Timnas memiliki kekurangan dalam hal produktifitas akibat berbagai faktor, antaranya belum memiliki penyerang murni berlevel internasional, disamping tentunya banyak pihak menilai STY sangat pragmatis dengan pola permainan bertahan untuk melakukan serangan balik dari kaki kekai. Situasi ini, dinilai oleh banyak pihak tidak cukup mampu membawa Indonesia untuk menembus Piala Dunia 2026, meski berhasil masuk ke ronde ke 3 babak penyisihan zona Asia. Erick Tohir selaku ketua umum PSSI sesaat setelah tahun baru 2025 melakukan perubahan dengan mengganti STY dengan Patrick Kluivert (PK), lengkap dengan para asistennya dari Belanda. Seiring dengan perubahan itu, Ole Lennard ter Haar Romenij atau lebih kita kenal dengan Ole Romeny, hadir bagi Indonesia .

Ujian bagi Timnas tidak lama datang, yakni partai ke-7 ronde 3 dengan bertandang ke Sydney, Australia, 20 Maret 2025 untuk menghadapi salah satu raksasa sepakbola dunia, Australia. Dalam 10 menit pertama, Indonesia mengurung Australia dan mendapat kesempatan besar memimpin setelah Rafael Struik dijatuhkan di kotak pinalti Australia. Sayang peluang besar itu gagal. 

Pertandingan kemudian berjalan seimbang hingga akhirnya Australia berbalik unggul melalui sepakan pinalti. Pasca gol itu, pertahanan Indonesia di bombardir hingga 4-0. Banyak yang melihat, kala itu Indonesia tampil dengan pola 4-3-3 dan Nampak bagaimana kebingungan para pemain belakang dimana bek sayap kerap salah menempatkan diri kala bertahan dan ragu untuk membantu penyerangan saat ada kesempatan. Akhirnya setelah Ole menciptakan gol di menit ke-73, Australia menutup laga dengan 5 gol sehingga skor akhir menjadi  5-1.

Pandangan Negatif Para Penggemar

Tidak butuh lama, berbagai ulasan negatif mendera permainan Timnas. Saat bersamaan, berselang 5 hari, Timnas harus menghadapi partai tidak kalah besar, menjamu Bahrain yang baru saja menjadi juara Piala Teluk. Ujaran negatif hingga permintaan agar STY kembali, banyak terlontar. Meski demikian, PK dan tim memilih untuk fokus menghadapi Bahrain dan kemudian mengejutkan banyak pihak karena mengajukan pola 3-4-2-1 pada pertandingan selanjutnya di tanggal 25 Maret 2025.

Martin Paes;Jay Idzes, Justin Hubner, Rizky Ridho, Kevin Diks, Calvin Verdonk; Joey Pelupessy, Thom Haye; Marselino Ferdinan, Ragnar Oratmangoen; Ole Romeny. Didaulat oleh PK sebagai formasi awal. Hal ini mengejutkan Bahrain dan hasilnya di sepanjang pertandingan Indonesia memiliki kestabilan pertahanan dan mampu melancarkan serangan-serangan tajam meski penguasaan bola ada di sisi Bahrain. Akhirnya Indonesia dapat bangkit setelah kekalahan di pertandingan sebelumnya dengan mengkandaskan Bahrain.

Formasi 3-4-2-1, yang terdiri dari tiga bek, empat pemain di tengah (2 bek sayap dan 2 gelandang), dan dua penyerang gantung di belakang satu penyerang tunggal, menawarkan sejumlah keunggulan dalam permainan sepakbola. Salah satu kelebihan utama dari formasi ini adalah kemampuannya untuk menciptakan keseimbangan antara serangan dan pertahanan. Dengan tiga bek, tim dapat mempertahankan stabilitas di lini belakang, sementara empat pemain di sektor tengah memberikan dukungan yang kuat dalam penguasaan bola dan transisi permainan.

Formasi ini juga memungkinkan fleksibilitas dalam menyerang. Dua penyerang gantung yang beroperasi di belakang penyerang tunggal dapat juga berfungsi sebagai playmaker, menciptakan peluang dan memberikan umpan-umpan kunci (Marselino membuktikannya pada saat Indonesia menghadapi Bahrain). Selain itu, bek sayap dapat membantu dalam serangan, memberikan lebar dan ruang bagi penyerang untuk bergerak, sekaligus menutup serangan balik dari sektor sayap. Dengan kombinasi ini, tim dapat mengembangkan berbagai opsi serangan yang sulit diprediksi oleh lawan.

Beberapa tim nasional dan klub sepakbola telah mengadopsi formasi 3-4-2-1 dengan sukses. Salah satu contoh yang menonjol adalah tim nasional Jerman, yang menggunakan formasi ini dalam beberapa pertandingan untuk memaksimalkan potensi pemain mereka. Dengan kombinasi pemain yang cepat dan terampil, Jerman mampu menciptakan banyak peluang gol sambil tetap menjaga kekuatan di lini belakang.




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *