Dalam beberapa hari terakhir ini, Coach STY tampak beraktivitas di tanah air. Mantan pelatih Timnas Korsel ini masih mengikuti perkembangan timnas. Selalu update. Juga memberikan dukungan kepada timnas dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Dunia Zona Asia.
Bahkan, mantan pelatih timnas ini juga menyempatkan nobar: Timnas Indonesia Vs Australia (20/3) dan Timnas Vs Bahrain (25/3). Nobarnya bersama pecinta bola tanah air, secara terbuka, membaur dengan suporter timnas. Seolah Coach STY ini menjelma jadi suporter timnas cabang Korsel.
Tak hanya itu, STY juga tampak kecewa, saat timnas dikalahkan Australia. Juga bahagia saat timnas menang melawan Bahrain. Raut wajahnya tak bisa bohong, STY tampaknya masih menyimpan cinta pada sepak bola Indonesia. Tidak ada kecewa, apalagi dendam. Ia selalu membaur dengan pecinta bola tanah air. Bahkan, ia masih sempat meluangkan waktu bertemu suporter, ngobrol, juga foto bersama, jika ada kesempatan.
Dengan demikian, mungkin tidak berlebihan, jika cinta STY pada sepak bola tanah air itu: bukan cinta biasa. Sudah masuk level sayang. Kata ahli cinta: orang jika sudah sayang, disakitipun akan tetap cinta. Karena yang ada bukan mendapatkan, tapi memberi. Lalu mungkinkah Indonesia akan mengikuti jejak Arab Saudi (mengangkat mantan pelatih untuk mengganti pelatih baru)?
Cinta Lama Bersemi Kembali
Informasi yang berkembang, STY banyak tawaran melatih timnas negara lain, pasca di-PHK dari timnas Indonesia, tapi hingga sekarang masih belum ada yang diiyakan. Mungkin, kata anak baru putus cinta, masih ingin sendiri dulu. Atau, jangan-jangan, STY masih berharap bisa kerjasama kembali dengan Timnas Indonesia.
Seperti yang terjadi pada R. Mancini, mantan pelatih Arab Saudi, yang di-PHK di tengah jalan, dan digantikan pelatih lamanya (mantan pelatih). Terbukti Arab Saudi lebih mantab, bisa lebih bersaing. Sehingga, semua kemungkinan itu masih bisa terjadi. Apalagi, STY sendiri sering beraktivitas di Indonesia, meski sudah tidak melatih timnas.
Aktivitasnya di tanah air juga tidak jauh-juah dari dunia bola. Hampir semuanya berhubungan dengan bola. Bahkan, akademi sepak bola milik STY juga masih aktif hingga sekarang. Apalagi, putusnya ‘hubungan’ STY dan timnas itu bukan karena tidak cinta, tapi karena memang ‘keadaan’. Seolah seperti pasangan yang masih cinta, tapi dipaksa ‘cerai’ karena alasan ‘khusus’.
Tak hanya itu, kata pengamat bola: kemenangan tipis timnas atas Bahrain (25/3) strateginya juga seperti yang biasa diterapkan STY. Pendapat ini bisa saja benar, juga bisa sebaliknya. Namanya pendapat orang, bukan karya ilmiah. Anda, para pembaca, boleh setuju, juga boleh sebaliknya. Yang penting satu: tetap saling menghormati dalam perbedaan.
Dukungan Suporter Itu Mahapenting