Filsafat Ronggowarsito dan Sepak Bola Kita

Meski sudah ada perbaikan ketika PSSI berada di bawah kepemimpinan Erick Tohir, dunia sepak bola kita masih punya banyak permasalahan dan tetap minim prestasi di tingkat nasional. Pertandingan timnas piala dunia 2026 hari ini melawan Bahrain menjadi salah satu batu uji untuk mengukir prestasi, terlepas dari kekalahan menyakitkan 1 – 5 melawan Australia pada 20 Maret 2025 lalu.

Bahkan ada kalangan pencinta sepak bola yang pesimistis dengan mengatakan dunia sepak bola kita ibarat memasuki “zaman edan” alias zaman kegelapan, meski tidak segelap beberapa tahun lalu dengan adanya tragedi stadion Kanjuruhan yang menelan korban nyawa.

Apabila membicarakan “zaman edan”, istilah itu lekat dengan Ronggowarsito. Pujangga ini mengemukakan 150 tahun lalu dalam Kalatidha (Bentang, 1999) bahwa akan timbul suatu zaman di mana “tiada lagi teladan bijak.”  

Namun, Ronggowarsito menyajikan pula resep untuk mengatasi “Zaman Edan“. Itulah nasihat bahwa “seuntung apa pun orang yang lupa daratan, lebih selamat orang yang menjaga kesadaran.” Artinya, kemandekan prestasi dunia sepak bola kita dapat teratasi jika para pemangku kepentingan sepak bola kita mampu menumbuhkan kesadaran akan perlunya upaya perbaikan. Bahkan, Ronggowarsito juga memberikan langkah-langkah konkret untuk perbaikan itu.

Tiga Prinsip

Sejumlah solusi praktis itu bisa dilihat dalam Wedharaga, yang sarat dengan aforisme bijak yang bisa diturunkan menjadi tiga prinsip penyelamat sebagai berikut

1. Keutamaan aksi dibandingkan teori. Ronggowarsito dalam Wedharaga berkata, “Orang itu punya tempat bukan berbicara dan memberikan nasihat, tapi turun tangan dan bekerja.”

Di sini, Ronggowarsito seakan ingin mengatakan bahwa kunci pemecahan segala permasalahan terletak pada vitalitas kerja manusia. Artinya, suatu masalah jangan direspons dengan retorika dan pidato normatif semata, melainkan dengan tindakan konkret. Kita sudah lelah dengan analisa para komentator, pakar, dan pejabat negara jika segala teori itu tidak disertai aksi konkret yang punya efek seketika (immediate effect).

Tentu masih segar dalam ingatan kita betapa negeri ini hingar-bingar dengan polemik penggunaan pemain hasil naturalisasi. Setelah lama berdebat kusir, PSSI akhirnya mengeksekusi kebijakan memakai pemain naturalisasi sembari mengkombinasikan dengan pemain non-naturalisasi. Hasilnya, timnas piala dunia 2026 berprestasi lumayan sejauh ini sebelum dibekuk 1 – 5 oleh Australia.

2. Mempertahankan dan memanfaatkan momentum. Maksudnya adalah menggunakan suatu momentum positif sebagai batu-pijak untuk memantik perubahan lebih besar di masa depan. Ronggowarsito berujar, “Jika sudah berkeahlian, baiklah itu engkau simpan.” 




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *