Diberitakan bahwa Timnas PSSI sudah berangkat ke Sydney untuk melakoni pertandingan away (tandang) dalam Kualifikasi Piala Dunia yang menyisakan pertandingan melawan Australia (20 Maret 2025) di Sydney dan melawan Bahrain (25 Maret 2025) di Jakarta dalam posisi Indonesia sebagai kendang (home). Pertanyaan publik semua pecinta bola tanah air adalah: akankah Patrick Kluivert berhasil membuat hasil gemilang dengan memenangkan dua pertandingan terdekat, sehingga Indonesia lolos ke Piala Dunia?
Tentu ini pertanyaan yang sangat wajar, dengan mengingat bahwa Coach Shin Tae-yong (STY) sudah memberikan kontribusi modal dari beberapa pertandingan sebelumnya, antara lain dengan menang saat melawan Saudi Arabia dan draw melawan Bahrain dan Australia. Namun — seperti sudah diketahui — PSSI justru memecat Coach STY akibat kegagalannya dalam membawa Timnas ‘Yunior’ dalam Piala AFF 2024.
Selanjutnya, dengan gerak cepat PSSI sudah pula menunjuk Patrick Kluivert dan kawan-kawan sebagai Coach baru PSSI. Penunjukan yang terasa mendadak ini tentu menimbulkan sejumlah pertanyaan. Apa diantaranya?
Pertama, waktu yang begitu pendek untuk sebuah pertandingan yang begitu penting. Walau disambut dengan gegap gempita (seolah-olah Indonesia sudah juara), waktu yang ada tidak dapat disangkal akan menjadi kendala tersendiri untuk meramu Tim yang baik dan kuat.
Kedua, akibat waktu yang pendek, maka juga sulit disangkal bahwa pengenalan Coach untuk masing-masing pemain akan sangat terbatas. Setidaknya Coach STY dan beberapa Coach terdahulu menunjukkan betapa bonding Coach — pemain sangat penting dan berpengaruh besar. Ingat dulu betapa beberapa pemain kunci PSSI seperti Bambang Pamungkas, Firman Utina dan lain-lain begitu dekat dengan Coach Alfred Riedl. Bonding itu tidak bisa dibangun dalam waktu dekat.
Ketiga, masih akibat mepetnya waktu, sehingga sampai hari ini semua pemain masih berserakan di beberapa negara. Kedatangan mereka di Sydneypun tidak bisa bersamaan, ada yang akan sampai tanggl 16 Maret dan ada yang akan sampai 17 Maret 2025. Pertanyaan besarnya adalah: bagaimana mungkin team work akan dapat dibangun dengan kondisi seperti itu??? Melihat pemain-pemain nasional negara maju seperti Inggris Argentina, Belanda dan lain sebagainya, mereka perlu berkumpul sekitar sebulan sebelum mengikuti sebuah pertandingan dalam sebuah kejuaraan, walau mereka adalah pemain-pemain yang sangat profesional.
Keempat — mungkin ini yang paling ekstrim dalam kelaziman dunia olahraga, apalagi sepak bola — adalah kita tidak pernah mendengar ada latih-tanding (try out) yang dilakukan oleh Kluivert dan kawan-kawan dalam menangani Timnas Indonesia. Sependek pengetahuan penulis selama ini, untuk kelas kampung saja, lazim sebuah tim melakukan beberapa kali try out sebelum memasuki pertandinghan yang sesungguhnya. Karena proses try out sangat amat penting untuk (antara lain) menguji (a) posisi pemain; (b) kekompakan (team work) pemain; (c) taktik dan game plan yang akan dipilih, dan seterusnya.
Sejauh ini, kita tidak mendengar hal ini dilakukan. Lalu, masihkah kita berharap pada Timnas yang menggunakan strategi ‘Bandung Bondowoso’ atau ‘strategi super mie’ yang serba instan ini???
Nah, kita lihat saja. Semoga Penulis salah dalam hal ini…
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI