Notice: Fungsi _load_textdomain_just_in_time ditulis secara tidak benar. Pemuatan terjemahan untuk domain total dipicu terlalu dini. Ini biasanya merupakan indikator bahwa ada beberapa kode di plugin atau tema yang dieksekusi terlalu dini. Terjemahan harus dimuat pada tindakan init atau setelahnya. Silakan lihat Debugging di WordPress untuk informasi lebih lanjut. (Pesan ini ditambahkan pada versi 6.7.0.) in /www/indo/38.181.62.195/wp-includes/functions.php on line 6121
Transformasi Sepakbola Indonesia dari 4-3-3 Menjadi 3-4-2-1 (Bagian I) – mahjong ways

Transformasi Sepakbola Indonesia dari 4-3-3 Menjadi 3-4-2-1 (Bagian I)

Transformasi Sepakbola Indonesia dari 4-3-3 menjadi 3-4-2-1

Mungkin sebagian besar kita lupa atau bahkan tidak tahu, pada periode Danurwindo menjadi Direktur Teknis PSSI (2017-2020), beliau beserta tim menerbitkan buku berjudul  Kurikulum Pembinaan Sepakbola Indonesia. Dalam buku ini, ditetapkan pola permainan 4-3-3 sebagai filosofi dasar dan sebagai landasan dalam pembinaan sepakbola di Indonesia.

Formasi 4-3-3 dikenal karena fleksibilitas dan keseimbangan yang ditawarkannya dalam permainan. Salah satu kelebihannya adalah kemampuan untuk mengontrol lini tengah. Dengan tiga gelandang, tim dapat mendominasi penguasaan bola, mengatur tempo permainan, dan menciptakan peluang. Gelandang bertahan berfungsi sebagai penghubung antara pertahanan dan serangan, sementara 2 gelandang serang dapat memberikan dukungan kepada penyerang.

Selain itu, formasi ini memungkinkan tim untuk bermain menyerang dengan efisien. Dengan tiga penyerang, tim dapat menciptakan banyak peluang gol. Penyerang sayap dapat memanfaatkan ruang di sisi lapangan, sementara penyerang tengah berfungsi sebagai target dalam serangan. Kemampuan untuk bertransisi dari bertahan ke menyerang dengan cepat adalah salah satu daya tarik utama dari formasi ini.

Banyak negara dan klub sepakbola di seluruh dunia yang mengadopsi formasi 4-3-3. Salah satu contoh paling terkenal adalah tim nasional Spanyol, yang menggunakan formasi ini saat meraih kesuksesan di Piala Dunia 2010 dan Euro 2008. Gaya permainan tiki-taka mereka, yang mengutamakan penguasaan bola dan pergerakan cepat, sangat sesuai dengan struktur 4-3-3.

Selain Spanyol, klub-klub besar seperti FC Barcelona dan Bayern Munich juga sering menggunakan formasi ini. Barcelona, di bawah pelatih seperti Pep Guardiola, dikenal dengan filosofi permainan menyerang yang mengandalkan penguasaan bola, sementara Bayern Munich memanfaatkan kecepatan dan kekuatan fisik pemainnya dalam skema ini.

Negara-negara lain seperti Brasil dan Belanda juga telah menerapkan formasi 4-3-3, menyesuaikan dengan karakteristik pemain yang mereka miliki. Bahkan formasi ini identik dengan Total Football milik Belanda yang legendaris.

Kekurangan Formasi 4-3-3

Meskipun memiliki banyak kelebihan, formasi 4-3-3 juga memiliki beberapa kekurangan. Salah satu tantangan utama adalah kerentanan di lini belakang. Dengan hanya empat bek, tim dapat mengalami kesulitan saat menghadapi serangan balik cepat dari lawan, terutama jika bek sayap terlalu maju. Hal ini dapat meninggalkan ruang yang besar di belakang mereka, yang bisa dimanfaatkan oleh penyerang lawan.

Selain itu, formasi ini memerlukan pemain yang sangat terampil dan memiliki stamina tinggi. Gelandang harus mampu berlari dan bergerak secara dinamis, sementara penyerang sayap harus memiliki kemampuan dribbling yang baik untuk mengeksploitasi ruang. Jika pemain tidak memiliki kualitas tersebut, tim dapat kesulitan untuk menerapkan strategi ini secara efektif.




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *