Serangan balik telah menjadi salah satu senjata mematikan Real Madrid selama bertahun-tahun, dan di balik skema ini, ada satu sosok yang berperan sebagai otak permainan: Luka Modric.
Di usianya yang hampir memasuki kepala empat, Modric tetap menjadi pusat kendali transisi Madrid, mengubah momen bertahan menjadi serangan dalam hitungan detik.
Apa yang membuat Modric begitu vital dalam serangan balik Madrid?
Jawabannya ada pada visi permainan, akurasi umpan, dan kecerdasannya dalam membaca situasi.
Ketika tim kehilangan bola, ia bukan hanya sekadar gelandang bertahan yang membantu merebut kembali penguasaan, tetapi juga kreator utama yang langsung memikirkan bagaimana Madrid bisa memanfaatkan ruang kosong yang ditinggalkan lawan.
Ambil contoh pertandingan melawan Liverpool di Liga Champions 2023.
Saat itu, di tengah tekanan tinggi dari Fabinho, Modric dengan tenang mencuri bola, mengangkat kepalanya, dan dalam waktu kurang dari dua detik, ia sudah melihat celah di lini pertahanan lawan.
Umpannya yang presisi ke Vincius Jr. berujung pada gol Karim Benzema. Itulah esensi Modric dalam serangan balik: cepat, cerdas, dan mematikan.
Bukan hanya itu, dalam El Clsico 2022, Modric dengan penuh perhitungan membiarkan Barcelona menguasai bola, hanya untuk kemudian memanfaatkan kesalahan mereka dengan serangan balik yang dieksekusi sempurna.
Dia tidak hanya berlari mengikuti serangan, tetapi juga memastikan distribusi bola berjalan efektif, sesuatu yang tak semua gelandang bisa lakukan dengan level setinggi itu.