Perlunya Menormalisasi Pandit “Orang Lapangan” di Sepakbola Nasional

Dalam sepak bola, keberadaan pundit dan komentator menjadi satu warna yang cukup menarik. Mereka punya beragam latar belakang, mulai dari wartawan, artis, fans, Youtuber sampai mantan pemain dan pelatih.

Perbedaan latar belakang ini menghadirkan perspektif beragam. Ada yang netral, ada yang bias, dan ada juga yang bisa berubah-ubah.

Keberagaman perspektif ini sebenarnya bagus, karena mewakili juga keberagaman penonton dan perspektifnya. Tapi, dalam sepak bola nasional, perlu ada porsi lebih untuk mantan pemain atau pelatih.

Maklum, dalam posisinya sebagai satu tayangan olahraga, kehadiran eks pemain dan pelatih dibutuhkan, karena ada fungsi edukasi kepada penonton, lewat sudut pandang mereka sebagai “orang lapangan”.

Dalam artian, ada upaya “menyamakan perspektif” dengan penonton, dengan cara berbagi wawasan, berdasarkan pengalaman praktikal. Di Indonesia, khususnya era kekinian, ada beberapa nama seperti Bambang Pamungkas, Supriyono, dan Timo Scheunemann, yang pernah menjadi komentator di layar kaca. Mundur ke awal era 2000-an, ada Ronny Pattinasarany dan Danurwindo, dua nama legendaris di sepakbola nasional.

Dari mereka, biasa dipaparkan informasi soal taktik dan penjelasan soal teknis yang relevan dengan situasi di lapangan. Penjelasan mereka juga menjabarkan data statistik secara praktis, sehingga mudah dipahami penonton.

Saat memberikan analisis atau prediksi perubahan taktik, ada pendapat yang punya dasar cukup kuat, karena dibangun dari pengalaman mereka, ditambah bekal referensi data terkait pertandingan.

Meski frekuensinya tidak terlalu sering, keberadaan komentator jenis ini sebenarnya dibutuhkan dalam tayangan sepak bola nasional, karena dari merekalah, nilai hiburan dan edukasi bisa berpadu seimbang.

Di sisi lain, ada satu ruang kosong di Indonesia, yang sebenarnya bisa diisi para mantan pemain dan pelatih (termasuk jika mereka masih aktif), yakni ruang media, baik dalam bentuk tulisan atau konten lain.

Dengan pengalaman bermain dan melatih yang dipunya, mereka tinggal memoles setidaknya salah satu dari kemampuan berbicara di ruang publik atau keberanian beropini. Hasilnya pasti akan sangat bagus, karena dipadukan dengan pengalaman di lapangan, sehingga analisis dan sudut pandang yang diberikan lebih luwes.




HALAMAN :

  1. 1
  2. 2
  3. 3


Mohon tunggu…

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya

Beri Komentar

Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi
tanggung jawab komentator
seperti diatur dalam UU ITE


Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *