Pertandingan antara Real Madrid dan Manchester City dalam babak perempat final Liga Champions menjadi salah satu laga yang paling dinanti. Dua raksasa Eropa ini kembali berhadapan dalam pertarungan yang tidak hanya mengandalkan keterampilan para pemain di lapangan, tetapi juga kecerdikan dua pelatih kelas dunia: Carlo Ancelotti dan Pep Guardiola.
Real Madrid dan Manchester City telah bertemu beberapa kali di fase knockout Liga Champions dalam beberapa tahun terakhir. Musim lalu, City berhasil menyingkirkan Madrid dengan kemenangan agregat 5-1, tetapi dua musim sebelumnya, Madrid yang keluar sebagai pemenang dengan cara yang dramatis. Ancelotti dan Guardiola pun telah memiliki sejarah panjang dalam duel taktik mereka, yang semakin memperkaya rivalitas kedua klub.
Leg pertama di Etihad Stadium berlangsung sengit, dengan kedua tim saling berbalas serangan. Real Madrid berhasil menunjukkan ketahanan luar biasa dan mencuri kemenangan 3-2 berkat gol penentu dari Jude Bellingham. Kemenangan ini memberikan sedikit keunggulan bagi Los Blancos sebelum leg kedua yang akan dimainkan di Santiago Bernabu. Guardiola dalam konferensi pers pasca pertandingan menyatakan bahwa peluang timnya untuk lolos hanya “1%,” sebuah pernyataan yang mungkin bertujuan untuk meredakan tekanan dari para pemainnya. Namun, banyak yang percaya bahwa ini adalah bagian dari strategi psikologisnya untuk memotivasi tim.
Carlo Ancelotti dikenal sebagai pelatih yang fleksibel dalam mengatur strategi. Real Madrid kemungkinan akan bermain lebih bertahan, memanfaatkan kekuatan lini tengah mereka yang diisi oleh pemain-pemain seperti Bellingham, Luka Modri, dan Toni Kroos untuk mengontrol tempo permainan. Vincius Jr. dan Rodrygo diprediksi menjadi andalan serangan balik cepat yang bisa mengeksploitasi pertahanan City.
Di sisi lain, Pep Guardiola hampir pasti akan menerapkan strategi menyerang dengan penguasaan bola tinggi. City akan bergantung pada kreativitas Kevin De Bruyne dan kecepatan Erling Haaland di lini depan. Guardiola juga bisa melakukan perubahan taktik dengan memainkan formasi yang lebih agresif guna mengejar ketertinggalan agregat.
Beberapa faktor yang bisa menentukan hasil pertandingan ini antara lain efektivitas penyelesaian akhir, ketahanan mental, dan keputusan taktik di tengah pertandingan. Kedua tim memiliki striker tajam, tetapi siapa yang lebih klinis di depan gawang akan memiliki peluang lebih besar untuk menang. Selain itu, Santiago Bernabu dikenal sebagai stadion yang bisa memberikan tekanan besar bagi tim tamu. Jika City mampu mengatasi atmosfer ini, peluang mereka semakin besar. Pergantian pemain dan penyesuaian strategi yang tepat dari kedua pelatih juga akan sangat berpengaruh dalam menentukan hasil akhir pertandingan.
Duel antara Real Madrid dan Manchester City bukan sekadar pertandingan biasa, tetapi pertempuran antara dua filosofi sepak bola yang berbeda. Apakah Ancelotti dengan pendekatan pragmatisnya mampu mengunci kemenangan, atau Guardiola dengan strategi menyerangnya bisa membalikkan keadaan? Semua akan terjawab dalam leg kedua yang penuh ketegangan ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI