Shin Tae Yong yang saat itu baru dipecat dari kursi kepelatihan Timnas Korea Selatan, setelah ia gagal membawa Korea Selatan melangkah jauh di Piala Dunia Rusia 2018 dicemooh oleh publik sepakbola Korea Selatan bahkan disaat kepulangan Timnas korea selatan dilempar telur dalam konferensi pers, lalu tiba-tiba setahun setelahnya berhembus kabar bahwa ia akan menukangi Timnas Indonesia.
Banyak pihak kaget dan tidak setuju yang dimana saat itu Luis Milla masih sangat di elu-elukan oleh supporter. Luis Milla memberi harapan dengan gaya sepakbola Spanyol yang terorganisir layaknya tiki-taka, gaya bermain yang terus berkembang menjadi daya tarik untuk supporter Timnas Indonesia namun sayangnya harus diakhiri kerjasamanya oleh PSSI bersama Timnas Indonesia. PSSI yang saat itu dinahkodai oleh Iwan Bule pada akhirnya memilih Shin Tae Yong ditengah derasnya dukungan untuk Luis Milla untuk tetap terus melanjutkan pekerjaannya sebagai pelatih Timnas Indonesia.
Pada awal kepelatihannya Shin Tae Yong menerapkan gaya latihan yang keras, banyak pemain kewalahan dan mengeluh, pemain diajarkan passing yang benar, akhirnya membuat banyak orang move on dan beralih mendukung Shin Tae Yong. Persiapan yang saat itu difokuskan untuk Timnas u-20 yang akan mengikuti Piala Dunia harus berakhir seiring dengan diundurnya Piala Dunia u-20 karena merebaknya covid-19 diberbagai belahan dunia, yang kemudian seterusnya berakhir dibatalkan kepesertannya karena Indonesia mengundurkan diri dari Tuan Rumah Piala Dunia u-20.
Shin Tae yong di awal kedatangannya banyak berkomentar di media tentang kekurangan sepakbola Indonesia dan melalui statement-statementnya dia berjanji akan membantu memperbaiki, termasuk ketika ia mengkritisi kebiasaan makan berminyak dan kurang sehat untuk seorang atlet oleh beberapa pemain sepakbola Indonesia, termasuk postur pemain yang kurang ideal sehingga saat itu dia fokus memilih pemain yang berpostur tinggi dan besar.
Gambaran permainan Timnas yang seperti apa yang akan dimainkan Shin Tae Yong mulai terlihat ketika dengan materi pemain muda, Shin Tae Yong berhasil melangkah hingga babak final aff 2020. Permainan penuh determinasi dan bermain sebagai sebuah tim yang ditawarkan Shin Tae Yong membuat penonton bersemangat kala itu, bayang-bayang Timnas kuat yang akan bisa bersaing di Asia mulai mengalir di kepala, Shin Tae Yong yang sering berkomentar bahwa “ini pemain muda dan akan terus berkembang” semakin meninggikan asa.
Timnas yang kemudian diperkuat dengan pemain-pemain baru Naturalisasi semakin meninggikan asa bahwa level sepakbola Indonesia akan semakin tinggi dan bisa bersaing. Jordi Amat kala itu hadir, Sandy Walsh, Justin Hubner, Rafael Struick, Ivar Jenner kemudian Shayne Pattynama.
Namun harus diakui banyak kesempatan level permainan Indonesia naik turun dan levelnya kembali di momen-momen itu saja semakin lama semakin tak ada arah kemana perkembangan filosofi permainan Timnas, bahkan banyak muka-muka baru yang bermain di Eropa tak membuat permainan Indonesia naik level.
Hampir 5 tahun perjalalanan STY di Indonesia harusnya sudah berada pada top performance dari sisi taktik maupun filosofi permainan, namun diakhir-akhir perjalanan Shin Tae Yong kelihatan sudah semakin tak bergairah untuk mengorbitkan bibit-bibit baru sepakbola Indonesia.
Perjalanan panjang dengan berbagai prestasi mendapatkan apresiasi besar dari pendukung Timnas Indonesia namun Garuda harus terbang lebih tinggi.
Terimakasih Shin Tae Yong!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI