Sepak bola Indonesia kembali diselimuti aksi kekerasan. Insiden pengeroyokan brutal terjadi di dalam dan luar Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, saat laga Persija Jakarta vs Persib Bandung (2-2), pada Minggu, 16 Februari 2025, dalam lanjutan Liga 1 musim 2024-2025. Tragedi ini menambah panjang daftar kelam kekerasan di sepak bola Tanah Air.
Seorang penonton yang diduga suporter Persib menjadi korban pemukulan di dalam stadion. Mirisnya, beberapa korban bahkan salah sasaran, menjadi target amukan massa. Kekerasan meluas hingga ke luar stadion, termasuk di stasiun kereta. Para korban mengalami serangan fisik dan tekanan psikologis, bahkan ada yang dipermalukan dengan ditelanjangi.
Dua tahun setelah Tragedi Kanjuruhan, PSSI masih berkutat pada kebijakan instan seperti larangan suporter tandang—sebuah solusi yang terbukti tidak efektif dan terkesan sekadar lepas tangan. Jika tidak ada langkah tegas, tragedi serupa akan terus berulang. Sepak bola seharusnya menjadi hiburan, bukan ajang pertumpahan darah.
Belajar dari Suporter Dunia
Sejumlah negara pernah mengalami kekerasan suporter dalam skala besar, tetapi berhasil bangkit melalui regulasi ketat dan reformasi sistem keamanan.
-
Inggris: Setelah Tragedi Heysel (1985) yang menewaskan 39 orang dan Tragedi Hillsborough (1989) yang merenggut 97 nyawa, pemerintah menerapkan aturan ketat. Stadion wajib menggunakan kursi individu, dan hooligan dikenai larangan masuk stadion. Kini, Premier League dikenal sebagai liga dengan atmosfer aman dan ramah keluarga.
-
Italia: Kerusuhan suporter, termasuk kematian polisi Filippo Raciti pada 2007, memaksa pemerintah memberlakukan aturan ketat. Kartu identitas suporter dan larangan bagi kelompok ekstrem membantu mengendalikan atmosfer di stadion Serie A.
-
Turki: Rivalitas panas klub-klub besar seperti Galatasaray, Fenerbahe, dan Beikta sering berujung bentrokan. Namun, reformasi keamanan dan kampanye klub untuk membangun budaya suporter positif berhasil mengurangi kekerasan, meskipun atmosfer tetap intens.
-
Argentina: Barrabravas, kelompok suporter garis keras, pernah merajalela dengan banyak kasus kekerasan, bahkan pembunuhan. Pemerintah menerapkan larangan suporter tamu dan pengamanan ketat di stadion, membuat sepak bola Argentina lebih aman dibanding dekade sebelumnya.
“Setiap negara memiliki pendekatan berbeda, tetapi kuncinya selalu ada pada regulasi ketat, edukasi suporter, dan kesadaran bahwa sepak bola harus dinikmati tanpa kekerasan,” kata penggila sepak bola, Ari Sumarto Taslim.