Persaingan sengit di MotoGP bukan hanya soal adu cepat di lintasan lurus, tetapi juga tentang bagaimana memaksimalkan potensi motor di setiap jengkal tikungan. Marc Marquez, dengan segudang pengalamannya menunggangi motor Honda dan kini Ducati, memberikan pandangan menarik mengenai perbedaan mendasar dalam karakter kedua kuda besi tersebut dalam mengejar catatan waktu tercepat.
Pembalap berusia 32 tahun itu dengan lugas menjelaskan bahwa Ducati memiliki keunggulan signifikan saat keluar dari tikungan. Akselerasi Desmosedici yang dahsyat memungkinkan pembalapnya untuk langsung membuka gas penuh dan melesat, menciptakan keuntungan waktu yang berharga. Sebaliknya, Honda RC213V menunjukkan keunggulannya justru saat memasuki tikungan. Menurut Marquez, kecepatan dan agresivitas saat entry corner menjadi kunci untuk mencatatkan lap time yang kompetitif dengan motor Honda.
Filosofi berkendara yang berbeda pun menjadi konsekuensi dari karakter motor yang bertolak belakang ini. “Ducati justru kebalikannya. Pembalap harus berhati-hati saat memasuki tikungan, tapi bisa langsung gas pol saat keluar tikungan karena di area situlah pembalap Ducati bisa memangkas waktu,” ungkap Marquez. Ia menambahkan, “Di Honda, pembalap harus langsung gas pol saat memasuki tikungan tapi harus berhati-hati saat keluar tikungan agar motor tetap stabil dan tidak kehilangan waktu.”
Analisis Marquez ini memberikan wawasan yang mendalam bagi para penggemar MotoGP tentang bagaimana tim dan pembalap harus beradaptasi dengan karakteristik unik dari masing-masing motor. Strategi balapan pun menjadi sangat dipengaruhi oleh keunggulan dan kelemahan motor di berbagai fase tikungan. Tim Ducati akan berusaha memaksimalkan traksi dan akselerasi di exit corner, sementara tim Honda akan fokus pada pengereman yang kuat dan kecepatan saat late braking serta corner entry.
Di sisi lain, dalam wawancara yang sama, Marquez juga menyinggung satu momen yang ingin diubah dalam karir gemilangnya: comeback terlalu dini di MotoGP Jerez 2020 pasca operasi lengan. Dengan nada penyesalan, ia menegaskan bahwa keputusan tersebut murni kesalahannya sendiri, bukan tim maupun dokter. Keputusan akhir untuk kembali membalap saat itu berada di tangannya.
Kendati demikian, Marquez tetap menunjukkan optimisme terkait kondisinya saat ini. “Lengan saya berfungsi dengan baik, tetapi itu bukan lengan yang sama seperti 5 tahun lalu. Meski begitu saya masih kompetitif di atas motor, seperti yang saya tunjukkan,” tegasnya. Ia mengakui adanya penyesuaian yang perlu dilakukan, namun hasil yang telah diraihnya menjadi bukti bahwa ia masih memiliki daya saing yang tinggi di kelas para raja.
Pernyataan Marquez mengenai perbedaan kecepatan Honda dan Ducati dalam melibas tikungan tidak hanya memberikan pemahaman teknis yang menarik, tetapi juga memperkaya diskusi mengenai dinamika persaingan di MotoGP. Duel antara filosofi “cepat di awal tikungan” ala Honda dan “cepat di akhir tikungan” ala Ducati akan terus menjadi bumbu menarik dalam setiap balapan. Sementara itu, semangat juang dan tekad Marquez untuk terus kompetitif, meski dihadapkan pada tantangan fisik, patut diacungi jempol dan dinantikan kiprahnya di lintasan bersama Ducati.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI