Sepak bola merupakan olahraga populer di dunia. Banyak cerita menarik yang bisa dikupas mulai dari dalam hingga luar lapangan. Kita bisa menikmati bagaimana rivalitas Messi dan Ronaldo yang sudah berjalan lama hingga keduanya menjadi ikon tersendiri dalam sepak bola.
Kita selalu terpukau ketika Messi bermain. Ungkapan bola adalah teman mungkin benar bagi Messi. Karena ketika Messi menggiring bola, bola seolah-olah menempel di kakinya. Messi dikatakan lahir dengan bakat sepak bola.
Tapi, Ronaldo adalah gambaran bagaimana kerja keras itu nyata. Ronaldo begitu disiplin dari segala hal. Tak heran jika di usianya yang hampir menginjak 40 tahun, fisiknya masih terjaga.
Selain itu, kita pernah menikmati bagaimana tiki-tiki taka Barcelona begitu berjaya sebelum akhirnya ada Jose Mourinho dengan Inter Milannya. Begitu juga dengan Ancelotti yang berhasil menemukan taktik pohon cemara. Semuanya menarik.
Tapi, sepak bola bukan sebatas permainan di atas lapangan. Di luar lapangan pun menarik untuk kita kupas. Misalnya sepak bola menjadi sarana untuk menyuarakan perdamaian hingga politik di dalamnya.
Terlalu naif jika kita menyebut sepak bola harus dipisahkan dari politik. Karena faktanya sulit. Hal itu karena sepak bola sendiri bisa jadi adalah kebijakan politik. Atau menjadi salah satu sarana bagi politikus untuk mencari popularitas.
Di sisi lain, komponen yang tidak boleh hilang dalam sepak bola adalah suporter. Suporter sepak bola dikenal militan. Di beberapa negara, sepak bola tidak hanya sebagai olahraga. Tapi sebagai alat perlawanan bahkan bisa meruntuhkan pemerintah.
Sepak bola sebagai alat perlawanan
Sepak bola sebagai alat perjuangan dan perlawanan bukan hal baru. Hal ini bisa dilakukan oleh pemain atau oleh suporter klub.
Tentu kita sudah familiar dengan nama Socrates. Tapi, Socrates ini bukan seorang filsuf Yunani yang melahirkan dua murid terkenal yakni Plato dan Aristoteles. Tapi, Socrates asal Brazil ini merupakan pemain sepak bola.
Tak hanya lihai di lapangan, gelar akademiknya pun mengesankan. Ia seorang dokter yang telah memiliki izin praktek resmi. Tak hanya itu, ia juga bergelar Ph.D. Tentu di zaman sekarang akan sulit mencari sosok pemain seperti Socrates.